MAKALAH KONSEP-KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

MAKALAH
KONSEP-KONSEPN DASAR PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DISUSUN OLEH:
Desi Erawati
NPM: 13020211010
DOSEN PEMBINA:
EMILDA SEPRIDAWATI S.Pd, M.Pd,I
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI
SEKOLAH TINGGI KEJURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
Jl. JENDRAL SUDIRMAN KM 02
2013/2014

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah penulis sampaikan kehadirat Allah s.w.t karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan tepat waktu.
Makalah Konsep-Konsep Dasar Perkembangan ini merupakan hasil dari lima sumber yang sudah penulis kumpulkan dan dirinci dengan sedemikian rupa.
Penulis makalah ini dari mahasiswi yang dibimbing oleh Ibu Emilda Sepridawati S.Pd, M.Pd,I yang membina mata kuliah Perkembangan Peserta Didik di STKIP YPM BANGKO.
Makalah ini mengkaji dan membahas tentang konsep-konsep dasar perkembangan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar khususnya pada usia remaja. Pemahaman ini dapat dijadikan dasar bagi pengembangan dan pembinaan pengetahuan keterampilan, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan remaja. Makalah konsep-konsep dasar perkembangan ini dimaksudkan untuk dijadikan acuan utama bagi mahasiswa/i yang sedang belajar mata kuliah perkembangan peserta didik.
Akhirnya penulis menyadari bahwa mkalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk menyempurnakan makalah ini.

MERANGIN, NOVEMBER 2013

PENULIS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang Masalah 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan 5
B. Ciri-ciri Khas Remaja yangSedang Berkembang 6
C. Prinsip-prinsip Perkembangan 7
BAB III PENUTUP 11
A. KESIMPULAN 11
B. SARAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam bab ini akan membahas konsep-konsep dasar tentang perkembangan yang perlu dipahami oleh mahasiswa/i agar lebih mudah memahami uraian-uraian tentang perkembangan sebagai individu pada umumnya. Konsep- konsep tentang perkembangan manusia berlaku juga pada individu yang disebut remaja.
Perkembangan adalah suatu proses perubahan dalam diri individu yang bersifat kualitatif atau fungsi psikologis yang berlangsung secara terus menerus kearah yang lebih baik/progresif yang disebut kematangan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perkembangan dan pertumbuhan?
2. Sebutkan prinsip-prinsip perkembangan?
3. Sebutkan ciri-ciri khas remaja yang sedang berkembang?
4. Apa yang dimaksud dengan prinsip kesatuan organisasi?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ciri khas pencarian identitas diri?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian perkembangan dan pertumbuhan yang dialami remaja.
2. Menjelaskan ciri-ciri khas remaja yang sedang berkembang.
3. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan yang berlangsung pada diri remaja sebagai individu yang berkembang.
4. Untuk mengetahui konsep-konsep dasar perkembangan remaja.

BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan

1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif dan dialami setiap individu secara terus-menerus dan bertahap sepanjang hidup manusia.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa perkembangan mengandung arti sebagai berikut:
a. Perubahan fungsi psikologis atau perubahan bersifat kualitatif, artinya perubahan dapat dilihat dari kemampuan bertingkah laku lebih matang baik tingkah laku sosial, emosional, moral, maupun intelektual.
b. Perubahan itu merupakan proses yang berkesinambung dan terus menerus. Perubahan pada perkembangan bukan berarti secara tiba-tiba dalam waktu singkat tetapi perubahan yang terjadi terus menerus dan berkelanjutan serta bertahap-tahap sepanjang hidup manusia.
c. Perubahan yang mengarah kepada pencapaian kematangan. Kematangan adalah tercapainya kemampuan bertingkah laku secara fisik, social, emosional, moral, dan intelektual secara sempurna sesuai dengan tugas perkembangan pada periode perkembangan tertentu.

2. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat fisik dan dapat diukur secara kuantitatif (jumlah) pada diri individu. Misalnya: perubahan tinggi badan yang dapat diukur dengan meter, perubahan berat badan yang dapat diukur dengan kilogram.
Namun ada pakar yang mempergunakan istilah perkembangan dan pertumbuhan tidak terpilih-pilih seperti ini, tetapi memakai kedua istilah itu secara tumpang tindih, misalnya untuk perubahan fisik mereka menyatakan sebagai perkembangan dan perubahan psikologis menyebut pertumbuhan. Namun sebagai orang yang sedang mempelajari perkembangan sebaiknya, mempergunakan istilah itu sebagaimana mestinya seperti yang telah dijelaskan di atas.

B. Ciri-ciri Khas Remaja yang sedang Berkembang

Ciri-ciri remaja yang sedang berkembang cenderung digambarkan sebagai pemunculan tingkah laku yang negatif, seperti suka melawan, gelisah, periode badai dan tekanan, tidak setabil dan berbagai lebel buruk lainnya. Pendapat seperti ini cenderung dikemukakan oleh orang-orang yang memahami perubahan tingkah laku remaja dari kaca mata atau pandangan negatif karena orang-orang ini kurang memahami apa yang sebenarnya terjadi pada remaja yang sedang berkembang.
Menurut McCandles, 1970; Dusek, 1977; Bezonsky, 1981,
Bahwa remaja memperlihatkan tingkah laku negatif karena lingkungan yang tidak memperlakukan mereka sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan perkembangan mereka. Misalnya orang dewasa belum bisa menerima remaja sebagai individu yang lebih mandiri dalam menentukan atau mengarahkan diri mereka sendiri.
Pada periode remaja situasi psikologis, fisiologis, dan budaya makin penting pengaruhnya terhadap perkembangan individu dibandingkan dengan perkembangan individu sebelumnya (anak-anak) atau pada periode perkembnagn sebelum (dewasa). Terjadinya kegelisahan atau stress pada masa remaja adalah karena sambutan likungan yang kurang menyokong, menghargai dan mengakui keberadaan mereka yang sedang berkembang. Budaya yang kacau menimbulkan kekacauan perkembangan emosi, sosial dan kognitif mereka sehingga akan menimbulkan tingkah laku amoral.
Menurut Blair & Jones, 1964; Ramsey, 1967; Mead, 1970; Dusek, 1977; Besonky, 1981.
Menegmukakan sejumlah ciri khas remaja perkembangan remaja sebagai berikut:
1. Remaja mengalami perubahan fisik (pertumbuhan) paling pesat.
2. Mempunyai energi yang berlipat secara fisik dan psikis.
3. Perhatian mereka lebih terarah kepada teman sebaya (social competence).
4. Remaja memiliki keterkaitan yang kuat dengan lawan jenis (relationship) hubungan.
5. Periode idealis.
6. Menunjukkan kemandirian.
7. Berada pada transisi moralitas (morality).
8. Pencarian identitas diri otonomi (autonomy).
9. Insight (berwawasan).

Jadi, dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tingkah laku negatif remaja bukan merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, tetapi remaja yang berkembang memperlihatkan kemampuan bertingkah laku yang positif. Remaja memang memeperlihatkan tingkah laku yang khas sebagai tanda mereka berkembang sebagai remaja yang normal.

C. Prinsip-prinsip Perkembangan

Prinsip-prinsip perkembangan remaja adalah suatu kondisi yang berlangsung selama proses perkembangan berlangsung.

Prinsip-prinsip perkembangan adalah sebagai berikut:

1. Prinsip kematangan

Taraf kematangan kognitif, sosial, dan emosional, serta moral akan mempengaruhi prestasinya dalam sekolah. Remaja yang matang secara kognitif mampu memahami konsep-konsep abstrak, seperti nilai kebenaran yang murni, menghubungkan peristiwa sekarang dengan peristiwa yang akan datang. Prinsip kematangan yaitu: emosional, intelektual, sosial dan tanggun jawab. Kematangam remaja itu tidak sama. Tidak semua remaja mencapai kematangan kognitif yang sama walaupun umur mereka sama. Dikarenakan perbedaan pengalaman belajar dan perbedaan potensi yang dibawa semenjak lahir.
Jadi, sekolah harus memeberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kematangan kognitif, sosial, dan emosional siswa pada remaja.

2. Prinsip Kesatuan Organisasi

Anak merupakan satuan kesatuan antara fisik dan psikis dan kesatuan komponen dari kedua unsue tersebut. Perkembangan aspek fisik atau psikis berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Setiap aspek tidak berkembang secara sendiri-sendiri tetapi perkembangan satu aspek berpengaruh terhadap aspek yang lain.
Jadi, dalam proses belajar sangatlah penting untuk melibatkan sebanyak mungkin aspek fisik maupun psikis anak secara serempak agar hasil belajar yang maksimal dapat tercapai. Makin banyak alat indra anak terlibat dalam proses belajar makin mudah dan pahamlah siswa dengan apa yang dipelajarinya.

3. Prinsip Tempo dan Irama Perkembangan

Remaja berkembangan dengan tempo dan irama perkembangan sendiri-sendiri. Remaja memiliki tempo dan irama perkembangan yang berbeda dengan remaja yang lain. Ada remaja yang cepat dan ada pula yang lambat perkembangannya, misalnya, didalam satu kelas, ada remaja yang umumnya sama, namun kematangan berpikir mereka berbeda.
Tempo dan irama perkembangan remaja ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor pembawaan (potensi dasar) dan lingkungan. Makin tinggi potensi dasar makin cepat irama dan tempo perkembangannya apabila lingkungannya memberikan rangsangan yang sesuai. Sebaliknya, makin rendah potensi yang dimiliki anak ditambah lagi dengan lingkungan yang kurang memacu perkembangan tersebut, maka tempo dan irama perkembangan akan menjadi lambat. Banyak ahli yang berpendapat bahwa tempo dan irama perkembangan anak dapat di percepat oleh lingkungan dalam batas-batas tertentu. Atau sebaliknya tempo dan irama perkembangan yang telah terpola itu dapat menjadi lambat dan bahkan terlambat sama sekali jika lingkungan kurang sekali memberikan gizi kesehatan dan rangsangan pendidikan yang cukup.

4. Prinsip Kesamaan Pola

Prinsip kesamaan pola mempunyai beberapa implikasi dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a. Pada umunya pendidikan dapat dilaksanakan secara klasikal terhadap remaja yang berumur kronologis sama.
b. Dapat dilaksanakan keseragaman pendidikan untuk anak tingkat umur kronologis tertentu.
c. Dapat disediakan alat-alat permainan tertentu yang dapat digunakan dari generasi ke generasi berikutnya untuk anak yang sebaya.
Jadi, prinsip ini mengemukakan bahwa anak sebagai manusia mengikuti pola umum yang sama dalam perkembangannya.

5. Prinsip Kontinuitas

Menurut prinsip kontinuitas, perkembangan berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan. Perkembangan pada periode awal mempengaruhi pencapaian perkembangan periode berikutnya. Jika tugas perkembangan pada periode awal dapat dicapai dengan sempurna, maka tugas perkembangan pada periode berikutnya dapat diselesaikan dengan baik.
Menurut Jersiled, 1963; mengemukakan bahwa para pendidik hendaknya berusaha untuk menghindarkan hal-hal yang mengganggu tercapainya tugas-tugas perkembangan sebelum remaja dan berusaha mencapai kondisi yang dapat memungkinkan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja terselesaikan dengan sempurna agar tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dapat diraih tanpa gangguan yang berarti.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif dan dialami setiap individu secara terus-menerus dan bertahap sepanjang hidup manusia.
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat fisik dan dapat diukur secara kuantitatif (jumlah) pada diri individu.
Prinsip-prinsip perkembnagan yaitu: (1)Prinsip Kematangan seperti; emosional, sosial, intelektual, dan tanggun jawab. (2)Kesatuan Organisasi. (3)Tempo dan Irama Perkembangan. (4)Kesamaan Pola. (5) Kontinuitas.
Ciri khas remaja yang sedang berkembang adalah sebagai berikut: (1)Remaja mengalami perubahan fisik (pertumbuhan) paling pesat. (2)Mempunyai energi yangberlipat secara fisik dan psikis. (3)Perhatian mereka lebih terarah kepada teman sebaya (social competence). (4)Remaja memiliki keterkeitan yang kuat dengan lawan jenis (relationship). (5)Periode idealis. (6)Menunjukkan kemandirian. (7) Berada pada transisi moralitas (morality). (8)Insight (berwawasan).
Prinsip kesatuan organisasi adalah suatu kesatuan antara fisik dan psikis dan kesatuan komponen dari kedua unsur perkembangan aspek fisik dan psikis tersebut.
Pencarian identitas diri adalah suatu kekhasan perkembangan remaja untuk mengatasi periode transisi. Jadi, remaja memerlukan keyakinan hidup yang benar untuk mengarahkan mereka dalam bertingkah laku.
B. Saran
Dari penyusunan makalah ini penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sebagai penyusun berharap agar dari semua pihak dapat memberikan kritik dan saran untuk melengkapi kekurangan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock E, B. (1991). Perkembangan Anak. Surabaya: Erlangga.
Mapiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Mudjiran, dkk. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Padang: HEDS-JICA.
Sumantri, mulyani dan syaodiah, nana. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sunarto dan Hartono, Agung. (2008).perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

MAKALAH TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

MAKALAH
TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Pengantar Linguistik Umum

DiSusun Oleh:
Desi Erawati
Dosen Pembimbing:
Dian Sartika S.Pd

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI KEJURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
Jl. JENDRAL SUDIRMAN KM 02

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah kami sampaikan kehadirat Allah s.w.t karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Makalah Tataran Linguistic Sintaksis ini merupakan hasil tiga sumber buku yang telah disusun dengan rapi.
Tim penulis makalah ini terdiri dari mahasiswi STKIP YPM BANGKO .
Makalah Tataran Linguistic Sintaksis ini mengkaji dan membahas berbagai uraian tentang seluk beluk sintaksis. Pemahaman ini dapat dijadikan dasar bagian pengembang dan pembinaan pengetahuan, keterampilan dan khususnya yang berkaitan dengan Sintaksis. Makalah Tataran Linguistic ini dimaksudkan untuk dijadikan acuan utama bagi mahasiswa/i yang sedang belajar mata kuliah Pengantar Linguistic Umum. Dengan penguasaan materi yang tercangkup dalam makalah ini. Setidak-tidaknya kita semua telah menguasai standar minimal dari semua yang diharapkan dalam mempelajari mata kuliah Pengantar Linguistic Umum.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk menyempurnakan makalah ini.

MERANGI SABTU 12 OKTOBER 2013

DAFTAR ISI

BAB I . PENDAHULUAN……………………………………………………4
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………5
A. Pengetian Tataran Linguistik Sintaksis……………………….5
1. Struktur Sintaksis………………………………………………5
2. Kata Sebagai Satuan Sintaksis………………………………6
3. Frase……………………………………………………………6
a. Pengertian Frase……………………………………………6
b. Jenis Frase…………………………………………………7
c. Perluasan frase……………………………………………..8
4. Klausa…………………………………………………………..8
a. Pengertian Klausa………………………………………….8
b. Jenis Klausa………………………………………………..8
5. Kalimat…………………………………………………………10
a. Pengertian Kalimat…………………………………………10
b. Jenis Kalimat………………………………………………10
6. Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus dan Diateesis……..13
7. Wacana…………………………………………………………..16
a. Pengertian Wacana…………………………………………16
b. Alat/Cara Wacana………………………………………….17
c. Jenis Wacana……………………………………………….18

BAB III . PENUTUP………………………………………………………………19
A. Kesimpulan……………………………………………………………19.
B. Saran…………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….20
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Tataran Linguistik Sintaksis yang terdahulu disebut bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik.
Yang perlu dipahami oleh mahasiswa/i agar lebih mudah memahami uraian-uraian tentang tataran sintaksis pada umumnya. Oleh karena itu, tataran linguistic sintaksis meliputi tentang struktur sintaksis, satuan-satuan sintaksis, hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis.
Tataran sintaksis ini dibahas dengan harapan agar mahasiswa/i dapat memahami pengertian dan seluk beluk sintaksis.

BAB II
PEMBAHASAN
TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

A. PENGERTIAN
Bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika.
Istilah morfosintaksis yang merupakan gabungan dari morfologi dan sintaksis, untuk menyebut kedua bidang itu sebagai satu bidang pembahasan.
Membedakan kedua tataran itu dengan pengertian: morfologi membicarakan struktur internal kata.
Sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran.
Asal usul sintaksis berasal dari Yunani, sun ‘ dengan’ dan tattein ‘menempatkan’.
Secara istilah adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Berikut ini hal-hal sintaksis yang meliputi:

1. STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).
Menurut Verhaar (1978) fungsi-fungsi sintaksis terdiri dari unsur-unsur S, P, O dan K. merupakan “kotak-kotak kosong” atau “tempat-tempat kosong” yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya.
Contoh:
Nenek melirik kakek tadi pagi.
Namaun, Verhaar mencatat dalam kalimat
Dia tinggal di Jakarta
Fase di Jakarta menduduki fungsi keterangan tidak dapat dihilangkan
Menurut Chafe (1970) yang menyatakan bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis adalah fungsi predikat.
Contoh:
Rambut nenek belum memutih.

Menurut pendapat Djoko Kentjono (1982) yang menyatakan hadir tidaknya suatu fungsi sintaksisi tergantung pada konteksnya.
Contoh:
Sudah! (sebagai jawaban dari kalimat tanya: kamu sudah makan?)
Kata adalah merupakan verba kopula yang sepadan dengan to be dalam bahasa inggris.

2. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSI
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem). Dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Yang merupakan kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, ajektif, adverbial, dan numeralia, Memiliki makana sejenis. Sedangkan kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.

3. FRASE
Istilah frase digunakan sebagai satuan sintaksia yang stu tingkat berada dibawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata.

a. Pengertian Frase
Satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang barsifat nonpredikatif, atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Jadi frase itu terdiri lebih dari sebuah kata yang berupa morfem bebas bukan terkait.

Contoh:
Nenek saya sedang membaca buku humor di kamar tidur.

b. Jenis Frase
Dibedakan menjadi empat yaitu:

1. Frase Eksosentrik
Frase yang komponen komponenya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh:
Dia berdagang di pasar

2. Frase Endosentrik
Frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh:
Nenek sedang membaca komik di kamar

3. Frase Koordinatif
Frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dau komponen atau lebih yang sama dan sederajat.
Contoh: hilir mudik, tua muda

4. Frase Apositif
Frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya.
Contoh:
Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali

c. Perluasan Frase
Frase dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
Contoh: di kamar tidur ayah

4. KLAUSA
Merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.

1. Pengertian Klausa
Satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Contoh:
Kamar mandi, dan adik mandi

2. Jenis Klausa
Beberapa jenis klausa yang meliputi:
– Klausa Bebas
Klausa yang mempunyai unsure-unsur lengkap, sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat.
Contoh:
Nenekku masih cantik dan kakekku gagah berani
– Klausa Terikat
Dapat dikenali dengan adanya konjungsi subordinatif didepan.
Contoh:
Dia pingsan ketika kami sedang belajar.
Klausa biasanya dikenal juga dengan nama klausa subordinatif atau klausa bawahan. Sedangkan klausa lain adalah sebuah kalimat majemuk yaitu klausa atasan atau klausa utama.
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba.

Beberapa tipe verba:
– Klausa Transitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif. Seperti: nenek menulis surat, kakek membaca buku silat.
– Klausa Intransitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitive. Seperti: adik melompat-lompat, paman berangkat ke medan
– Klausa Refleksif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba refleksif. Seperti: nenek sedang berdandan, kakek sedang mandi
– Klausa Resiprokal, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba resiproka. Seperti: mereka bertengkar sejak kemarin, keduannya bersalaman.
– Klausa Nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nominal atau frase nominal, misalnya kakeknya petani di desa itu
Klausa Subjek dan predikat berupa frase yang cukup panjang.
– Klausa Ajektifal adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, baik berupa kata maupun frase.
Contoh:
Ibu dosen itu cantik sekali
– Klausa Advebial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Misalnya, bandelnya teramat sangat
– Klausa Preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yamg dikategorikan preposisi.
Contoh:
Kakek ke pasar baru
– Klausa Numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia.
Misalnya gajinya lima juta sebulan.
– Klausa Berpusat adalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya.

5. KALIMAT
Kalimat merupakan satuan bahasa yang “langsung” digunakan sebagai satuan ujaran di dalam komunikasi verbal yang hanya dilakukan oleh manusia.

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa, maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat definisi kalimat dengan mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat intraksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan.

2. Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa criteria meliputi:

– Kalimat Inti dan Klimat Non-inti
Kalimat inti disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, netral dan afrimatif.
Contoh: nenek membacakan kakek komik.
– Klusa Tunggal dan Klimat Majemuk
Perbedaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di dalam kalimat itu.
Contoh kalimat tunggal: nenekku masih cantik
Contoh kalimat majemuk: mereka bernyanyi sepanjang malam
Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam kalimat dibedakan menjadi:

a. Kalimat Majemuk Koordinatif ( kalimat majemuk setara)
Klaimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki setatus yang sama, setara atau sederajat.
Contoh: dia membuka pintu, lalu menyilakan kami masuk

b. Kalimat Majemuk Subordinatif (kalimat majemuk bertingkat)
Kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau sederajat.
Contoh: kalau nenek pergi, kakek pun akan pergi.

Proses terbentuknya kalimat majemuk subordinatif dapat dilihat dari dua sudut pandang,
1. Dipandang sebagai hasil proses menggabungkan dua buah klausa atau lebih.
2. Konstruksi kalimat subordinatif itu dianggap sebagai hasil proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya.

c. Kalimat Majemuk Kompleks
Merupakan kalimat campuran dari kalimat majemuk koordinatif dan kalimat majemuk subordinatif.
Contoh: nenek membaca komik karena kakek tidak ada di rumah dan tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.

– Kalimat Mayor dan Klimat Minor
Perbedaan kalimat mayor dan klimat minor dilakukan berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituensi dasar kalimt itu. Klausanya lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsure subjek dan predikat, disebut kalimat mayor.
Contoh: nenek berlari pagi
Kalau klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja, ataukah keterangan saja, maka kalimat itu disebut kalimat minor.
Contoh: sedang makan! (sebagai kalimat jawaban dari kalimat tanya: nenek sedang apa?)

– Kalimat Verbal dan Kalimat non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verba.
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa nominal, ajektifal, adverbial atau numeralia.

Jenis atau tipe verba meliputi:
1. Kalimat Transitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotransitif, dan diikuti dua buah objek kalau verbanya berupa verba bitransitif.
Contoh: dika menendang bola
2. Kalimat Intransitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitif, yaitu verba yang tidak memiliki objek.
Contoh: nenek menari
3. Kalimat Aktif adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif.
Contoh: kakek menulis surat
4. Kalimat Pasif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba pasif.
Contoh: surat ditulis kakek
5. Kalimat Dinamis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba secara semantic menyatakan tindakan atau gerakan.
Contoh: mahasiswa itu pulang
6. Kalimat Statis adalah kalimat yang prediktnya berupa verba yang secara semantic tidak menyatakan tindakan atau kegiatan.
Contoh: anaknya sakit keras

– Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Perbedaan adanya kalimat bebas dan kalimat terikat dilakukan dalam kaitan bahwa kalimat adalah satuan-satuan yang membentuk wacana atau paragraf.
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraph atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya.
Kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapt berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks.

Contoh:
Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telur pun sangat sukar diperoleh (2). Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik itu akan punah (4).

3. Intonasi Klimat
Intonasi merupakan salah satu alat sintaksis yang sangat penting. Intonasi ini yang dapat berwujud tekanan, nada, dan tempo yang bersifat fonemis.

6. Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatesis

a. Modus
Modus adalah pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa yang diucapkan.
Beberapa macam modus antara lain:
1. Modus Indikatif atau Modus Deklaratif, yaitu modus yang menunjukkan sikap objektif atau netral.
2. Modus Optatif, yaitu modus yang menunjukkan harapan dan keinginan.
3. Modus Imperatif, yaitu modus yang menyatakan perintah, larangan dan tegahan.
4. Modus Interogatif, yaitu modus yang menyatakan pertanyaan.
5. Modus Obligatif, yaitu modus yang menyatakan keharusan.
6. Modus Desideratif, yaitu modus yang menyatakan keinginan atau kemauan.
7. Modus Kondisional, yaitu modus yang menyatakan persyaratan.

b. Aspek
Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses.

Beberapa macam asepk, antara lain:
1. Aspek Kontinuatif, yaitu yang menyatakan perbuatan terus berlangsung.
2. Aspek Inseptif, yaitu yang menyatakan peristiwa atau kejadian baru mulai.
3. Aspek Progresif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan sedang berlangsung.
4. Aspek Repetitif, yaitu yang menyatakan perbuatan itu terjadi berulang-ulang.
5. Aspek Perfektif, yaitu yang menyatakan perbuatan sudah selesai.
6. Aspek Imperfektif, yaitu yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar.
7. Aspek Sesatif, yaitu yang menyatakan perbuatan berakhir.

c. Kala
Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalam yang disebut di dalam predikat.

d. Modalitas
Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan dan peristiwa atau juga sikap terhadap lawan bicaranya.

Beberapa jenis modalitas antara lain:
1. Modalitas Intensional, yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan, permintaan, dan ajakan.
Contoh: nenek ingin menunaikan ibadah haji
2. Modalitas Epistemik, yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan, kepastian, dan keharusan.
Contoh: kalau tidak hujan kakek pasti dartang
3. Modalitas Deontik, yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkenanan.
Contoh: anda boleh tinggal di sini sampai besok
4. Modalitas Dinamik, yiatu modalitas yang menyatakan kemampuan.
Contoh: dia bisa melakukan hal itu kalau diberi kesempatan
e. Fokus
Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu.

f. Diathesis
Diathesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu.
Beberapa macam diathesis antara lain:
1. Diathesis Aktif, yakni jika subjek yang berbuat atau melakukan suatu perbuatan.
Contoh: mereka merampas uang kami
2. Diathesis Pasif, jika subjek menjadi sasaran perbuatan.
Contoh: uang kami dirampasnya
3. Diathesis Refleksif, yakni jika subjek berbuat atau melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri.
Contoh: nenek kami sedang berhias
4. Ditesis Resiprokal, yakni jika subjek yang terdiri dari dua pihak berbuat tindakan berbalasan.
Contoh: kiranya mereka akan berdamai juga
5. Diathesis Kausatif, yakni jika subjek menjadi penyebab atas terjadinya sesuatu.
Contoh: kakek meghitamkan rambutnya

7.WACANA
– Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatika merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Sebagai satuan bahasa wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, ynag dipahami oleh pembaca atau pendengar tanpa keraguan apapun.

– Alat Wacana
Alat-alat yang digunakan untukk membuat wacana, antar lain:
1. Konjungsi adalah alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat.
2. Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini dan itu sebagai rujukan anaforis.
3. Menggunakan ellipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain.

Cara sebuah wacana:
a. Menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana itu. Misalnya:
Kemarin hujan turun lebat sekali. Hari ini cerahnya bukan main.

b. Menggunakan hubungan generic – spesifik atau sebaliknya spesifik – generic. Misalnya:
Kuda itu jangan kaupacu terus. Binatang juga perlu beristirahat.
c. Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
Dengan cepat disambarnya tas wanita pejalan kaki itu. Bagai elang menyambar anak ayam.
d. Menggunakan hubungan sebab – akibat di antara isi kedua bagian kalimat atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
Dia malas, dan seringkali bolos sekolah. Wajarlah kalau tidak naik kelas.
e. Menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana. Misalnya:
Semua anaknya sekolah. Agar kelak tidak seperti dirinya.
f. Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
Becak sudah tidak ada lagi di Jakarta. Kendaraan roda tiga itu sering dituduh memacetkan lalu lintas.

– Jenis Wacana
Sesuai dengan sudut pandang ada wacana lisan, wacana tertulis, wacana prosa dan wacana puisi.

– Subsatuan Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang utuh dan lengkap. Dalam wacana ini satuan “ide” atau “pesan” yang disampaikan pendengar atau pembaca tanpa keraguan.
Contoh:
Jagalah kebersihan!

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Terdiri dari:
1. Struktur Sintaksis
2. Satuan Sintaksis
3. Frase
4. Klausa
5. Kalimat
6. Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatresis
7. wacana

B. SARAN

Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyususn berharap agar dari semua pihak dapat memberikan kritik dan saran untuk melengkapi kekurangan yang ada.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, abdul. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka cipta.

Parera, jos. (1991). Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta: Pt Gelora askara pratama.

Verhaar ,j.w.m. (1996). Asas-asa Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah mada universitas press.